Ada satu budaya unik yang bisa kita pelajari saat liburan ke Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Satu tradisi dalam hal percintaan dan pernikahan, khususnya di kalangan Suku Sasak Lombok.
Mayoritas masyarakat di suku Sasak Lombok masih menjalani tradisi kawin lari (Merariq) sampai saat ini. Di Dusun Sade, seluruh penduduk melakukan kawin lari sesuai adat istiadat yang berlaku.
Tradisi Merariq ini bisa kita temukan di Dusun Sade, sebuah desa yang sudah terkenal di kalangan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Merariq
Cara meminangnya pun harus sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Dalam adat suku Sasak, proses pernikahan harus didahului dengan tradisi kawin lari atau menculik (merariq). Hingga saat ini, mayoritas suku Sasak masih menjalani tradisi itu.
Bedanya, prosesi Merariq di Dusun Sade masih sangat otentik alias tanpa pacaran. Karena mereka dilarang bertemu dengan orang yang disukai, kecuali di rumahnya dengan didampingi kedua orang tuanya.
Tapi dengan seiring berkembangnya zaman, laki-laki maupun perempuan yang tengah kasmaran di dusun tersebut sudah makin lihai. Mereka berupaya menyiasati larangan bertemu itu dengan berbagai cara. Salah satunya, meminta izin keluar untuk wudu dengan didampingi saudara kandung.
Disini kalau mau ambil wudhu harus pergi ke luar rumah. Biasanya, kalau sudah janjian dengan gadis yang disukai atau pacar untuk ketemuan di tempat tertentu.
Lokasi favorit muda mudi di sini adalah dekat pohon cinta. Letaknya di sebuah lorong sempit. Pohon yang dimaksud ternyata tak berdaun, hanya ada dahan kayu yang sudah gundul.
Lama Waktu Merariq
Selain itu, tidak ada budaya meminang atau melamar. Jika menyukai seorang perempuan dan berniat menikahinya, si laki-laki harus menculik perempuan tersebut. Biasanya, durasi penculikan bisa sampai tiga hari dua malam.
Penculikan itu harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi alias tanpa sepengetahuan orang tua si gadis. Jika ketahuan, si perempuan biasanya akan kembali diambil orang tuanya. Pernikahan pun tidak akan terjadi.
Agar prosesi penculikan berhasil, si laki-laki harus dibantu teman-temannya. Setelah diculik, si perempuan diinapkan di rumah si laki-laki. Meski telah diculik, si laki-laki sama sekali tidak boleh menyentuh si perempuan.
Nyelabar / Rebak Pepucuk
Tahap selanjutnya, pihak laki-laki mengutus dua orang yang disebut nyelabar atau rebak pepucuk. Utusan tersebut bertugas menyampaikan kabar kepada orang tua pihak perempuan bahwa anak gadisnya telah resmi diculik pihak laki-laki. Penyampaian kabar oleh utusan itu paling lambat tiga hari setelah si perempuan diculik.
Tujuannya untuk memberi tahu ke orang tuanya bahwa anaknya yang beberapa hari tidak pulang ke rumah itu bukan karena nyebur ke laut atau jatuh ke sumur, melainkan diculik. Kalau sudah ngomong seperti itu, orang tuanya sudah paham bahwa anaknya harus segera dinikahkan.
Hari berikutnya, dua utusan tersebut kembali datang ke rumah si perempuan untuk membicarakan wali yang akan ditunjuk guna menikahkan pasangan tersebut. Wali dari luar pihak keluarga dibutuhkan karena sebelum acara pernikahan, kedua pihak, baik orang tua si perempuan maupun laki-laki, tidak diperbolehkan untuk bertemu.
Biasanya, yang menjadi wali adalah ketua adat. Kalau sudah ketemu wali, hari ketiga membicarakan masalah beban (besaran mahar). Nah, di sini bisa sudah memulai prosesi tawar-menawar.
Sorong Serah Aji Krama
Tahapan terakhir adalah acara puncak, yakni prosesi pernikahan ala suku Sasak yang disebut sorong serah aji krama. Dalam upacara itu, rombongan keluarga besar dari pihak laki-laki mendatangi keluarga si perempuan dengan membawa gegawan atau semacam seserahan.
Acara pernikahan tersebut akan langsung diikuti acara budaya nyongkolan atau iring-iringan pengantin dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai perempuan. Acara arak-arakan pengantin itu biasanya diramaikan dengan musik gamelan, rebana, atau gendang beleq.
Setelah acara nyongkolan, baru kedua pihak boleh ketemu. Kalau mereka ketemu sebelum nyongkolan, nanti kena denda.
Percintaan Muda-mudi
Tradisi percintaan muda-mudi di Dusun Sade juga unik. Setiap perempuan muda boleh memiliki kekasih lebih dari satu. Makin banyak kekasih, si perempuan makin popular.
Cara para laki-laki menunjukkan rasa cinta juga cukup unik. Mereka biasanya akan mengunjungi kediaman si perempuan. Saat menerima tamu, si perempuan ditemani kedua orang tuanya. Bahkan, tidak jarang, datang tiga sampai lima pria sekaligus.
Yang menarik, buah tangan yang biasanya diberikan para pria kepada perempuan yang disukai juga tidak lazim. Saat hari lebaran, si laki-laki biasanya kasih sabun ke si perempuan. Kalau perempuan itu dapat sabun banyak, berarti populer. Nanti sabun itu dibagi-bagikan kepada tetangga.
Konon diceritakan, dulu ada seorang perempuan Dusun Sade yang bahkan sampai memiliki 27 kekasih. Kembang desa tersebut sampai saat ini masih hidup dan aktif menenun.
Tapi, si nenek ini malah tidak menikah dengan pria yang disukainya. Ini cerita didapat dari penuturan tour guide.
Nikah Usia Muda
Mayoritas penduduk Dusun Sade memang menikah di usia yang masih sangat muda, yakni 13–18 tahun. Bahkan, ada yang menikah di bawah usia 13 tahun. Akibatnya, banyak penduduk Dusun Sade yang putus sekolah.
Disini, kalau ada anak gadis usia 19 tahun belum menikah, sudah dianggap perawan tua.
Tapi, tidak semua orang tua lantas setuju ketika anaknya diculik. Biasanya, mereka mengamuk jika putrinya diculik di usia yang masih sangat muda.
Itulah tradisi yang bisa kalian lihat dan pelajari di Dusun Sade. Bila ada rencana ke Pulau Lombok, jangan lupa mencatumkan Dusun Sade sebagai tujuan liburan kalian di Lombok.
Bagaimana menurutmu, budaya pernikahan Suku Sasak Lombok ini?
Apa hal yang sama berlaku juga di daerah asalmu?
Ayo ceritakan tradisimu di kolom komentar
0 Komentar