Ticker

6/recent/ticker-posts

Advertisement

Responsive Advertisement

'Ramalan' Sri Mulyani 2045, 70% Penduduk Indonesia Akan Punya Penghasilan Rp28 Juta

 'Ramalan' Sri Mulyani 2045, 70 Persen Penduduk Indonesia Akan Punya Penghasilan Rp28 Juta Sebulan


'Ramalan' Sri Mulyani 2045, 70% Penduduk Indonesia Akan Punya Penghasilan Rp28 Juta

JAKARTA- Indonesia saat ini masyarakatnya masih banyak berpenghasilan rendah.

Namun Sri Mulyani ungkap soal penghasilan masyarakat Indonesia akan besar, kok bisa?

Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi pendapatan per kapita Indonesia bisa mencapai 23.199 dolar Amerika Serikat (AS) pada 2045.

"Nanti 2045 diperkirakan 70 persen penduduk adalah kelompok kelas menengah, dengan pendapatan per kapita mencapai 23.199 dolar AS."

"Itu berarti kita masuk di dalam negara kelas menengah atas," ujar Sri Mulyani dalam acara Webinar: Akselerasi Indonesia Maju melalui Penanaman Modal dan Insentif Fiskal, Kamis (1/4/2021).

Sri Mulyani menjelaskan, dalam visi 100 tahun Indonesia merdeka, saat itu berdasarkan proyeksi demografi, penduduk Indonesia akan mencapai 319 juta jiwa.

Lalu, jika pemerintah bisa terus menjaga implementasi kebijakan ekonomi yang baik, terukur, dan juga inovatif, maka Indonesia akan menjadi ekonomi dengan ukuran 5 terbesar di dunia.

Ada pun saat ini, lanjut Sri Mulyani, Indonesia masuk dalam kelompok negara G-20, atau dengan ukuran perekonomian 20 terbesar di dunia.

"Nanti di 2045 diperkirakan Indonesia dengan usia produktif dari penduduk kita sebanyak 47 persen."

"Di mana, 73 persen masyarakat akan tinggal di daerah perkotaan," paparnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak para rektor yang tergabung dalam Forum Rektor Indonesia, memanfaatkan bonus demografi untuk mencetak generasi muda unggul.

Ajakan presiden tersebut disampaikan dalam pembukaan Forum Rektor Indonesia yang digelar secara virtual, Sabtu, (4/7/2020).

"Mari kita manfaatkan puncak bonus demografi saat ini untuk mencetak generasi muda yang unggul, untuk membangun Indonesia maju," kata Presiden.

Menurut Presiden, 25 tahun lagi Indonesia sudah akan menginjak satu abad.

Ia berharap di usia ke-100 tahun nanti, Indonesia tidak terjebak menjadi negara dengan penghasilan menengah atau middle income trap.

"Mari kita buktikan di tahun 2045 nanti Indonesia mampu menjadi negara berpenghasilan tinggi yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," ujar Presiden.

Presiden meminta pendidikan tinggi memberikan perhatian besar kepada kesehatan fisik dan mental mahasiswa.

Salah satunya dengan membangun karakter mahasiswa yang cinta tanah air dan memang teguh Pancasila.

Selain itu, Presiden meminta suasana kampus tempat mahasiswa menimba ilmu harus memperkokoh kebangsaan, menghargai kebhinnekaan, serta berintegritas tinggi dan antikorupsi.



"Serta penuh toleransi dan menghargai demokrasi," ucapnya.

Presiden juga meminta para rektor untuk memfasilitasi para mahasiswanya agar bisa belajar kepada siapapun.

Mahasiswa tidak hanya belajar kepada dosen, tapi juga kepada para pakar dan pelaku industri.

"Mahasiswa tidak hanya belajar kepada dosen tapi juga mahasiswa belajar kepada pelaku industri."

"Kepada wirausahawan, kepada praktisi pemerintahan, kepada praktisi hukum dan kepada para pelaku lapangan lainnya," tuturnya.

Perguruan tinggi, menurut Presiden, harus lebih aktif bekerja sama dengan Industri.

Misalnya, membuka fakultas yang dari segi keilmuan dekat dengan industri.

Kerja sama bukan hanya dengan memberikan pengalaman kepada mahasiswa, namun juga penelitian.

"Bekerja sama untuk penelitian dan pengembangan teknologi untuk research and development di dunia industri dan sekaligus untuk pengembangan ilmu murni," paparnya.

Berpotensi Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi


Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka konferensi virtual forum rektor, Sabtu (4/7/2020).

Presiden menyampaikan berdasarkan laporan Bank Duni pada 1 Juli lalu, status Indonesia naik dari negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower middle income), menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas.

"Laporan Bank Dunia yang diumumkan 1 Juli 2020 lalu gross national income per capita Indonesia naik dari posisi sebelumnya 3.840 dolar AS menjadi 4.050 dolar AS," ungkap Presiden.

Capaian tersebut menurut Presiden harus disyukuri.

Status Indonesia saat ini juga harus dijadikan tantangan harus maju menjadi negara berpenghasilan tinggi, dengan mengedepankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Menjadi negara berpenghasilan tinggi bukanlah hal yang mudah."

"Banyak negara-negara dunia ketiga yang sudah puluhan tahun, bahkan mendekati 1 abad, hanya berhenti pada negara berpendapatan menengah."

"Artinya mereka terjebak dalam middle income trap. Itulah yang tidak kita inginkan," tuturnya.

Indonesia, lanjut Presiden, memiliki peluang dan potensi untuk bisa naik menjadi negara berpenghasilan tinggi.

Asalkan, menurut Presiden, Indonesia memiliki tiga prasyarat, yakni Infrastruktur, SDM, dan cara kerja yang cepat.

"Kita punya potensi besar, kita punya peluang besar untuk melewati middle income trap."

"Kita punya peluang besar untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi."

"Tapi semua itu butuh prasyarat, kita butuh infrastruktur yang efisien ini sudah mulai kita bangun."

"Kita butuh cara kerja yang cepat, kompetitif dan berorientasi pada hasil."

"Ini terus kita upayakan dan kita butuh SDM yang unggul yang produktif yang inovatif yang kompetitif," paparnya.

Empat Pesan

Pandemi Covid-19 menuntut perubahan dan cara-cara baru dalam sektor kehidupan.

Pendidikan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pencetak generasi muda unggul, termasuk salah satu sektor yang juga harus mengembangkan cara-cara luar biasa di tengah pandemi.

Saat meresmikan pembukaan Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/7/2020), Presiden Joko Widodo menyampaikan sejumlah pesannya bagi FRI.

Agar, dapat mengembangkan strategi baru yang dapat menjadikan perguruan tinggi mampu mencetak generasi unggul untuk membangun Indonesia maju.

"Pertama, saya mengajak FRI, Forum Rektor Indonesia, jangan hanya menjadi forum komunikasi."

"FRI harus dikemas menjadi forum saling peduli, forum saling berbagi, yaitu yang mampu membantu yang tidak mampu, dan yang punya membantu yang tidak punya," ujarnya dikutip dari Sekretariat Presiden.

Menurutnya, di tengah pandemi ini, pembelajaran secara daring telah menjadi sebuah normal baru.

Kini, perguruan tinggi dapat leluasa berbagi pengalaman, kurikulum dan silabus, koleksi perpustakaan, dan perkuliahan secara daring.

"Ini saya meyakini bisa dilakukan oleh FRI," tutur Presiden.

Kedua, Kepala Negara mengajak para rektor dan FRI memfasilitasi mahasiswa untuk dapat menimba ilmu secara lebih luas.

Yakni tidak hanya belajar dari dosen pengampu mata kuliah, tapi juga memetik pelajaran dari para pelaku industri, wirausahawan, para dan para praktisi untuk dapat melihat perubahan dunia yang sangat dinamis.

"Di era disrupsi dan hiperkompetisi, dunia berubah sangat cepat. Banyak hal yang belum sempat dibukukan sudah berubah di lapangan."

"Banyak karakter kerja yang tidak bisa ditangkap hanya melalui membaca, tetapi harus mengalami pengalaman nyata."

"Itulah pentingnya memerdekakan mahasiswa agar bisa belajar kepada siapa saja," ucapnya.

Kemudian, perguruan tinggi juga diminta aktif mengembangkan kerja sama dengan industri.

Salah satunya dengan melakukan kerja sama dengan kawasan industri terdekat.

Di mana perguruan tinggi dapat menawarkan pembukaan program studi yang memiliki karakter keilmuan yang dekat dengan apa yang dibutuhkan industri di kawasan tersebut.

Kerja sama tersebut selain untuk melahirkan lulusan yang nyata dibutuhkan dunia usaha, juga dapat menjadi momen bagi perguruan tinggi untuk menghasilkan atau mengembangkan penelitian dan ilmu murni.

"Kerja sama dengan industri bukan hanya untuk memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa."

"Tetapi perguruan tinggi juga bisa bekerja sama untuk penelitian dan pengembangan teknologi di dunia industri dan sekaligus untuk pengembangan ilmu murni," paparnya.

Terakhir, Kepala Negara berpesan agar lingkungan pendidikan tinggi memberikan perhatian besar bagi kesehatan fisik dan mental mahasiswa.

Di samping itu, pembangunan karakter para mahasiswa juga harus dilakukan sejak dini.

"Suasana kampus harus memperkokoh rasa kebangsaan menghargai kebhinekaan dalam persaudaraan dan persatuan, berintegritas tinggi dan anti korupsi, serta penuh toleransi dan menghargai demokrasi."

"Bapak dan Ibu adalah orang tua mereka yang bertanggung jawab terhadap masa depan mereka dan sekaligus masa depan Indonesia," cetusnya. (Yanuar Riezqi Yovanda)

link



"Nanti 2045 diperkirakan 70 persen penduduk adalah kelompok kelas menengah, dengan pendapatan per kapita mencapai 23.199 dolar AS."

"Itu berarti kita masuk di dalam negara kelas menengah atas," ujar Sri Mulyani dalam acara Webinar: Akselerasi Indonesia Maju melalui Penanaman Modal dan Insentif Fiskal, Kamis (1/4/2021).

Posting Komentar

0 Komentar