Kembali ane akan bercerita tentang sebuah kisah di negara yang penduduknya ramah tamah, santun dan bersahaja. Hidup mereka aman, damai, tentram tak banyak perubahan walau masa modern sedang ada di depan mata.
Negara yang katanya merupakan bagian dari benua Atlantis yang hilang, negara thropis yang sangat makmur dan subur membuat penduduknya tak memikirkan hari esok karena mudahnya menanam bibit tani, maka jarang ada yang terdengar mereka kelaparan.
Sebuah negara yang eksotis yang ada di tempat yang subur, banyak suku di pedalaman yang belom mengenyam pendidikan dan juga masih dianggap terbelakang. Namun perlahan negara ini mulai mengepakkan sayapnya dan ingin berkembang dari hulu hingga hilir, tentu tak bisa sendiri perlunya investasi asing membuat negara ini membuka pintu bagi semua WNA dan juga wisatawan manca negara.
Namun semua berubah ketika pandemi menerpa, ekonomi berjalan cukup sulit. Seluruh dunia terkendala banyak hal untuk memulihkan kembali ekonomi yang mulai terpuruk, sudah setahun lamanya pandemi menghantam negeri yang cinta kedamaian ini. Tapi semuanya kini berubah perut lapar, pengangguran, bahkan tak ada lagi yang bisa mencari keuntungan di bidang perdagangan membuat banyak orang sering emosi, bahkan ada yang nekat bunuh diri di kantor polisi.
Pemikiran pendek akal mudah difasilitasi karena tak adanya kemakmuran, terlebih ketika ramadhan tiba dan saatnya tradisi mudik diadakan agar ekonomi merata hingga ke kampung halaman, namun ternyata malah dilarang untuk dilakukan. Karena pandemi masih teramat kencang, hingga ketakutan dan ancaman kematian sengaja dipertontonkan.
Hidup pun serba takut, cemas dan bingung. Bila keluar rumah bisa kena corona, lantas di rumah saja juga mati lapar tidak berusaha untuk bekerja, ketika dilema sedang dihadapi ada kabar mengejutkan kalau WNA India dimana negara itu kini sedang terjadi gelombang kedua pandemi malah berdatangan untuk masuk ke Indonesia, entah menjadi wisatawan, pengungsi, atau memang menghindar dari pandemi di wilayahnya.
Pemerintah pun membuat peraturan pelarangan WNA dari negara pandemi untuk datang, tapi ada jeda kenapa? Sebab ekonomi yang terpuruk, negara juga butuh devisa.
Sebab jelas pariwisata kita kedodoran, pandemi memang menghantam sektor ini. Apalagi setahun lamanya pandemi tak kunjung usai, yang penting menguntungkan karena pads dasarnya wisatawan asing yang masuk ke dalam negeri tentunya membawa mata uang asing dan harus ditukar dengan Rupiah. Nah, dari penukaran uang atau valuta asing tersebut, negara bisa mendapat devisa.
Quote:
Jadi, sebenarnya ada keuntungan juga membiarkan WNA masuk. Tanpa mereka nilai devisa negara pun tergerus, sektor ekonomi di bidang wisata juga macet.
Maka, bila keuntungan yang ingin diambil saran aja sih mudik tak usah dilarang. Kalau sakit ya ke dokter, kalau meninggal memang sudah ajal. Toh semua ada konsekuensinya, yang mau pulang kampung silahkan tapi kalau terkena corona jangan salahkan pemerintah.
Setidaknya corona hingga saat ini dapat disembuhkan, jadi jangan merasa cemas dan was-was kalau kena corona pasti mati. Untuk itu banyaklah berbuat kebaikan, tidak kena corona tapi bisa saja mati dengan cara yang berbeda toh semua yang bernyawa pasti akan merasakan mati.
Sebuah saran yang mungkin sableng bin gendeng, tapi sudah setahun lamanya apa kita masih berkutat dengan pandemi tanpa melawannya dengan vaksin dan herd immunity.
0 Komentar