Ticker

6/recent/ticker-posts

Advertisement

Responsive Advertisement

Khawatirkan Robot Sex, Peneliti MIT : Resiko Beriklan hingga Jualan App Saat Bercinta

 Khawatirkan Robot Sex, Peneliti MIT : Resiko Beriklan hingga Jualan App Saat Bercinta



Khawatirkan Robot Sex, Peneliti MIT : Resiko Beriklan hingga Jualan App Saat Bercinta

Khawatirkan Robot Sex, Peneliti MIT : Resiko Beriklan hingga Jualan App Saat Bercinta

Kabar cukup unik baru-baru ini datang dari sekelompok peneliti di Institut Teknologi Messachusetts (MIT). Pasalnya para peneliti tersebut memiliki kekhawatiran tersendiri terhadap kemunculan robot sex yang kelak akan digunakan untuk memenuhi salah satu kebutuhan sosial manusia.

Peneliti MIT Media Lab Dr.Kate Darling, seorang ahli etika teknologi dan hubungan serta interaksi antara manusia dan robot, mengatakan kekhawatiran tersebut muncul lantaran kemungkinan besar adanya eksploitasi terhadap kecerdasan buatan sebuah robot untuk balik memanfaatkan manusia yang dilayaninya.

Misalnya, robot seks yang mengeksploitasi anda di saat kegiatan bercinta tengah memanas dengan tiba-tiba saja menawarkan iklan atau pembelian sebuah paket aplikasi yang menarik," kata Darling kepada The Guardian.

Khawatirkan Robot Sex, Peneliti MIT : Resiko Beriklan hingga Jualan App Saat Bercinta
(Dr. Kate Darling)

Dengan kata lain Darling memposisikan seseorang yang tengah begitu fokus akan kegiatan seksnya dengan sebuah robot, namun tiba-tiba saja ditawarkan sepaket pembelian aplikasi menarik layaknya sebuah iklan.

Hal mengganggu yang dianggap Darling sebagai manipulasi emosi tersebut, dikhawatirkan akan mengganggu tujuan utama dari adanya sebuah robot sosial yaitu untuk membantu memenuhi kebutuhan sosial manusia.

Namun masalahnya, lanjut Kate, perusahaan yang mengembangkan algoritma kecerdasan buatan berupa sistem mirip manusia yang kelak dipasangkan pada sebuah robot, terkesan “Angkat tangan” atau seolah tidak peduli dengan efek samping yang mereka timbulkan.

Parahnya lagi, perusahaan juga seakan diperbolehkan untuk berkilah dengan alasan tidak dapat meramalkan masa depan, atau merencanakan setiap kemungkinan yang ada.

Contohnya dalam kasus pengendara sepeda yang terbunuh oleh mobil Uber yang memiliki fitur kecerdasan buatan berupa self driving atau pengemudian otomatis pada tahun 2018, pengemudi manual atau manusianya lah yang dianggap bertanggung jawab, bukannya produsen atau perusahaan dari mobil tersebut.

Sementara itu, produsen dari mobil tersebut dapat saja berlepas tanggungjawab dengan alasan tidak dapat merencanakan setiap kemungkinan yang ada,
" ujar Darling.

Posting Komentar

0 Komentar