Ticker

6/recent/ticker-posts

Advertisement

Responsive Advertisement

Hukum Puasa Setelah Malam Nisfu Syaban


Malam Nisfu Syaban diperingati setiap malam ke-15 bulan Sya'ban yang tahun ini jatuh pada Minggu (28/3). Ilustrasi. Malam Nisfu Syaban diperingati setiap malam ke-15 bulan Sya'ban yang tahun ini jatuh pada Minggu (28/3).

Pada bulan Sya'ban juga, Nabi Muhammad juga melakukan puasa sunah lebih banyak dibandingkan bulan lainnya. Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim disebutkan, Aisyah tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sunah di bulan lain sebanyak pada bulan Syaban.

Namun, selama ini sering kali jadi pertanyaan tentang hukum berpuasa setelah malam Nisfu Syaban. Pasalnya, terdapat hadis yang mengatakan untuk tidak berpuasa setelah memasuki pertengahan Syaban.

Lalu apa hukum berpuasa setelah malam Nisfu Syaban?

Seperti dikutip NU Online, terkait persoalan ini, ulama berbeda pendapat karena ada satu hadis yang melarang puasa setelah Nisfu Syaban, dan dalam riwayat al-Bukhari, Nabi juga melarang puasa dua atau tiga hari sebelum Ramadan.

Syekh Wahbab al-Zuhaili dalam Fiqhul Islami wa Adillatuhu menjelaskan:

قال الشافعية: يحرم صوم النصف الأخير من شعبان الذي منه يوم الشك، إلا لورد بأن اعتاد صوم الدهر أو صوم يوم وفطر يوم أو صوم يوم معين كالا ثنين فصادف ما بعد النصف أو نذر مستقر في ذمته أو قضاء لنفل أو فرض، أو كفارة، أو وصل صوم ما بعد النصف بما قبله ولو بيوم النص. ودليلهم حديث: إذا انتصف شعبان فلا تصوموا، ولم يأخذبه الحنابلة وغيرهم لضعف الحديث في رأي أحمد

"Ulama mazhab Syafi'i mengatakan, puasa setelah nisfu Sya'ban diharamkan karena termasuk hari syak, kecuali ada sebab tertentu, seperti orang yang sudah terbiasa melakukan puasa dahar, puasa daud, puasa Senin-Kamis, puasa nadzar, puasa qadha', baik wajib ataupun sunnah, puasa kafarah, dan melakukan puasa setelah Nisfu Syaban dengan syarat sudah puasa sebelumnya, meskipun satu hari Nisfu Syaban. Dalil mereka adalah hadis, 'Apabila telah melewati Nisfu Syaban janganlah kalian puasa'. Hadis ini tidak digunakan oleh ulama mazhab Hanbali dan selainnya karena menurut Imam Ahmad dhaif."

Ulama melarang puasa setelah Nisfu Syaban dikarenakan pada hari itu dianggap hari syak (ragu), karena sebentar lagi bulan Ramadan tiba.

Khawatirnya, orang yang puasa setelah Nisfu Syaban tidak sadar kalau dia sudah berada di bulan Ramadan.

Ada juga ulama yang mengatakan, puasa setelah Nisfu Syaban dilarang agar kita bisa menyiapkan tenaga dan kekuatan untuk puasa di bulan Ramadan.

Meskipun dilarang, ulama dari mazhab Syafi'i pun tetap memperbolehkan puasa sunnah bagi orang yang terbiasa mengerjakannya. Seperti mengerjakan puasa senin dan kamis, puasa ayyamul bidh, puasa nadzar, puasa qadha, ataupun orang yang sudah terbiasa mengerjakan puasa dahar.

Sementara menurut ulama lain, khususnya selain mazhab Syafi'i, hadis di atas dianggap lemah dan termasuk hadis munkar, karena ada perawi hadisnya yang bermasalah.

Dengan demikian, sebagian ulama tidak melarang puasa setelah Nisfu Syaban selama dia mengetahui kapan masuknya awal Ramadan.

Ibnu Hajar al-'Asqalani dalam Fathul Bari mengatakan:

وقال جمهور العلماء يجوز الصوم تطوعا بعد النصف من شعبان وضعفوا الحديث الوارد فيه وقال أحمد وبن معين إنه منكر

"Mayoritas ulama membolehkan puasa sunnah setelah Nisfu Syaban dan mereka melemahkan hadis larangan puasa setelah Nisfu Syaban. Imam Ahmad dan Ibnu Ma'in mengatakan hadis tersebut munkar"

Kendati ada perbedaan pendapat, mereka sepakat akan kebolehan puasa sunnah bagi orang yang sudah terbiasa melakukannya, seperti puasa Senin-Kamis, Ayamul Bidh, puasa daud, puasa dahar, dan lain-lain.

Dibolehkan juga puasa bagi orang yang ingin membayar kafarah, qadha puasa, dan orang yang ingin melanjutkan puasa setelah puasa Nisfu Syaban.

(agn)

Posting Komentar

0 Komentar